Rabu, 11 November 2009

Bloody Roses

Aku sudah lelah , dan kedua mata ini pun terpejam . Letih , badan ini telah terkulai lemah di atas kasur . Seharusnya aku sudah tertidur , mengistirahatkan tubuh dan otakku . Lalu kemudian , dibuai oleh mimpi mimpi indah . Tapi , diri ini terus terjaga . Merasakan dinginnya angin malam yang masup lewat celah celah jendela , mendengar detak jam dinding yang tergantung di dinding kamarku , dan mencium bau anyir disekelilingku .

Ku buka mataku perlahan dan duduk bersila . Menatap sprei yang berantakan dan kotor dengan cairan merah . Warna putih polos itu kini sudah ternoda karena perbuatanku . Dan ku tatap bayanganku yang terpantul dicermin yang terletak di depanku . Kemeja dan celana ku pun tak luput dari noda itu . Bahkan wajah dan leherku juga . Merah . Benar benar warna yang sungguh indah . Dan saat ku jilat telapak tanganku yg penuh dilumuri cairan merah itu rasanya sangatlah manis menurutku . Enak .

Setelah puas menikmatinya . Ku ambil pisau yang sedari tadi tergeletak dilantai . Yang kemudian ku gerak gerakan di udara . Memain mainkannya . Dan kini ku pandangi sosoknya yang terlentang disampingku . Matanya tertutup , dan deru nafasnya pelan . Tangan kananya memegang perutnya , sedangkan tangannya yang lain tergeletak begitu saja disamping tubuhnya . Dan ia sungguh terlihat tampan dan makin mempesona karena berlumuran darah . Ya , noda dan cairan merah itu adalah darah . Sesuatu yang nikmat menurutku . Kulitnya yang putih pucat terus menggodaku . Dan ciumannya tadi , masih jelas terasa dibibirku .

Aku tersenyum , bonekaku yang ini lebih baik dibandingkan bonekaku yang lain . Tampan , indah , juga darahnya yang sangatlah nikmat menjeratku . Aku memang tak salah memilihnya . Rambutnya yang berwarna biru lah yang membuatku jatuh cinta saat pertama kali kami bertemu . Dan ia akan menjadi karya terbaiku . 'Berbahagialah , karena mulai sekarang aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik .'

Kugendong tubuhnya keluar kamarku dan menuju ke ruang tengah . Di sana sudah terdapat peti yang tadi sudah kupersiapkan . Warnanya hitam dan terlukis gambar salib disana . Bagus bukan ? Lalu setelah itu , ku buka semua pakaian bonekaku yang penuh darah . Dan kemudian ku pakaikan ia dengan hal yang lebih layak . Kemeja putih juga jas hitam , dan tak lupa sepasang sepatu . Ku sapukan jari telunjukku yang berlumuran darah dibibirnya untuk membuatnya tampak merah . Ia sekarang sudah siap .

Kemudian ku letakkan tubuhnya didalam peti yang sudah dipenuhi oleh bunga mawar merah segar dan masih berduri . Menakjubkan !!! Sudah hampir selesai sekarang . Sungguh , aku sudah tidak sabar lagi . Ayo sadarlah , buka matamu sekarang juga . Cepatlah !! Hasratku sudang memuncak . Ayo !!!

Dan keinginanku terkabul . Ia membuka matanya perlahan , dan mulai meringis merasakan sakit yang amat sangat diperutnya . Dan akhirnya ia melihat kearahku . Tatapannya yang tadi penuh cinta , sekarang digantikan oleh kebencian dan amarah . Aku pun terkekeh . Senang atas semua perubahan pada dirinya itu .

" Apa yang kau lakukan padaku ? " Ia bertanya .

Aku pun tersenyum , dan itu makin membuatnya muak padaku .

" Hanya mencoba membuatmu tenang , " jawabku , menimbulkan tanda tanya dibenaknya .

" Apanya yang tenang ? Kau itu ingin membunuhku , " lagi lagi ia meringis kesakitan .

" Berhentilah bicara ! Aku akan mulai , " aku menyeringai . Ku genggam lagi pisau kesayanganku dan mengarahkan benda itu kearahnya .

Dia menatapku ngeri , tubuhnya menggeliat mencoba bergerak . Dan dia makin terkejut saat aku ikut masuk ke dalam petinya . Ku tusukan pisau ditanganku keluka diperutnya yang masih menganga .

" Arkkhh !!! " Ia berteriak , tubuhnya basah oleh keringat .

Ku lancarkan lagi aksiku . Pisau yang masih tertancap diperutnya aku gerakan ke atas . Membuat sobekan hingga kedadanya . Dan ia menangis , suaranya sungguh terdengar memilukan . Tapi , aku belum selesai . Aku robek lagi dagingnya , membentuk garis horizontal . Dan salib dibadannya telah terukir indah .

Lalu , kusayat sayat anggota tubuhnya yang lain , kecuali bagian muka . Tanpa ternoda darah pun , wajahnya sudah cukup menggoda . Darahnya kini mengalir melumuri bunga mawar disekelilingnya dan membuatnya jadi semakin terlihat segar . Dan setelah ku robek daging dilehernya , ia tercekat . Mencoba bernafas dengan sangat sulit dan terputus putus .

Sedikit lagi , sebentar lagi . Dan dengan sekuat tenaga , ku tancapkan pisau yang ku genggam tepat dijantungnya . Sempurna !!! Aku tertawa melihat sakaratul mautnya . Mulut itu mengucapkan sesuatu sebelum kematiannya . Ia sebut namaku lirih .

" J,,,Jin. "

Untuk terakhirkalinya ku kecup bibir manisnya . Kupandangi dirinya sampai ku tutup peti itu rapat rapat .

" Oyasumi , San . "


+OWARI+

Tidak ada komentar:

Posting Komentar