Sabtu, 31 Oktober 2009

+LOVING U+ chapter 2



Title : LOVING U
Chapter : 2/?
Fandom : The Gazette (gajet)
Ratting : 13+

+++++++++++++

Pagi ini, aku terbangun tanpa melihatnya terbaring disampingku. Aku juga tak menemukannya diseisi rumah. Yang aku dapat hanyalah sepasang mata bengkak yang kupakai menangis semalaman.

Apa dia marah padaku? Apa aku salah menyatakan perasaanku? Apa kakak membenciku? Apa dia memang tidak bsa membalas cintaku? Apa aku tak bisa bersamanya?

Sungguh! Dari sekian banyak manusia di bumi, kenapa harus dia yang aku cintai? Kenapa harus kakakku sendiri? Sakit sekali, ini benar2 menyakitkan. Sebesar apa pun perasaan sayangku, tak akan bisa tuk memilikinya. Darah yang mengalir ditubuhku sama dgn darah kakak. Tentu, dan itu suatu hal yg tak bisa kupungkiri. Tapi, seberapa keras aku mencoba untuk menghilangkan rasa cinta ini, itu selalu berakhir percuma. Dan malah membuatku makin menginginkannya.

Sekarang aku harus bagaimana? Aku tak sanggup untuk bertemu dgn nya. Hanya saja, aku tak bisa terus lari seperti yg selama ini kulakukan. Memendam semuanya meskipun membuatku menderita.

Aku telah putus asa, aku telah pasrah dgn apa saja yg akan terjadi nanti. Kalau memang akhirnya kakak tidak dapat membalas cintaku, aku mesti rela. Yang penting, dia bisa bahagia.

++++++++++

Sudah dua bulan aku berpacaran dgn Bou. Dan hubungan kami sampai sekarang hanya begitu2 saja. Jalan di tempat. Hampir setiap hari aku menginap dirumahnya. Untuk menumpang tidur, aku hanya baru sekali bercinta dengannya. Aku jujur.

Aku sudah seperti tinggal dirumahnya. Orang tua Bou di luar negeri. Sedangkan Jui, kakaknya, suka keluyuran dan menginap di rumah temen2nya. Jadi, aku bebas keluar masuk rumah Bou.

Selain itu juga, aku tak betah dirumah. Sejak Yomi tanpa sengaja membicarakan tentang hubunganku dgn Bou pada kakakku. Sedikit pun ia tidak mau bicara dgnku. Hanya saat latihan club saja ia bisa begitu. Itu pun hanya alakadarnya.

Lalu entah sejak kapan, aku sering bertengkar dgn Bou. Ia sering mempersalahkan diriku yang tak pernah memperhatikannya. Menyalahkan aku yang tidak bisa mengerti dia. Aku tak bisa mengelak karena memang itu kenyataannya. Dan itu selalu mengusik pikiranku. Memang seharusnya aku tidak menerima cintanya. Juga tidak terlena akan tatapan mata juga kebaikannya. Iya, akulah yang bersalah atas semua cerita menyakitkan ini.

Aku memang orang idiot yang lebih baik tak ada di dunia. Aku benci diriku sendiri. Dan itu sudah cukup jelas.

++++++++++

"Kai, apa kamu cinta sama aku?" Tanya Bou waktu kita berdua ada di rumahku.

Mulutku tercekat, tak ada yang bisa aku katakan padanya. Aku tak mau berkata jujur, tapi aku juga tidak bisa berbohong. Akhirnya, aku hanya bisa berdiri mematung dihadapannya.

"Kumohon, jawab pertanyaanku, Kai!!" Ia menaikan volume suaranya. Aku tahu hatinya pasti sakit dengan kediamanku barusan.

"Aku tanya sekali lagi, apa kamu mencintaiku, Kai?"

Aku memalingkan wajah, tak sanggup melihat tatapan matanya. Memandang berjuta rasa sakit dan kecewa yang terpancar dari sana. Karena hal itu semakin mencabik cabik dan mengoyak hatiku, sungguh perih.

"Maaf, maafkan aku Bou," kata2 itulah yang kemudian terucap keluar dari mulutku.

"Jadi itu jawabanmu, kamu gak pernah sayang sama aku, itu kan maksud kamu?"

"Enggak!! Enggak kayak gitu, Bou!!! Aku sayang kamu, cuman . . . . ." kalimatku menggantung. Akhirnya kuraih pundaknya dengan kedua tanganku. Dan aku tetap matanya dalam2.

"Cuman apa?!!"

"Cuman, perasaan sayang ini ga lebih dari perasaan seorang teman," ku selesaikan kalimatku dan hal itu dapat dengan sukses menyakiti Bou dan memporak porandakannya. Lihat, aku memang bajingan, brengsek!

Ia pun menangis dihadapanku, ia terlihat begitu rapuh. Air matanya menodai wajahnya yang indah. Pria cantikku yang malang. Kau memang terlalu baik untukku. Maafkan aku.

"Apa karena kamu masih suka sama kakak kamu itu?" Tanya Bou ditengah derai air matanya yang sebening berlian.

Aku pun mengangguk dengan pelan, namun aku yakin gerakan itu akan terlihat jelas dimatanya.

"Putus, kita putus Kai, kita putus . . . . ." Bou berkata lirih dan ia pun hendak berlari menuju pintu keluar, saat tiba2 aku tarik tangannya, tangan kirinya dan membiarkan Bou menangis dalam pelukanku.

"Maafkan aku, Bou," dan kembali kata2 itu yg keluar dari mulutku.

................................

Aku mengurung diri di kamar. Bou telah pulang dan meninggalkanku sendirian di rumah ini. Sedih dan kesepian. Sungguh, aku benar2 merindukan kakak dan berharap ia ada di sampingku saat ini.

Tapi, kenapa aku dapat merasakan sentuhan jari2 hangat di wajahku. Saat aku terpejam dalam tangisku. Dan hal ini begitu membuatku merasa nyaman.

Ku buka kedua mataku, mencoba melihat seperti apa wujud malaikat yang ada di hadapanku. Walaupun kini aku tahu aku keliru. Ia bukan malaikat, melainkan sosok terindah yang aku tahu. Ruki.

"Kenapa kamu nangis ?" Tanya'a padaku yang masih diam membisu.

"Ada masalah apa ?" Tanya'a lagi, dan aku menatap'a yang duduk dipinggir kasur dan kini tengah menggenggam tanganku. Akh, aku ingin menangis melihat'a seperti itu.

"Kenapa kakak jadi perhatian sama aku ? Kakak benci ama aku kan ?" Dan akhir'a kalimat itu yang terpilih setelah sebelum'a aku mencoba merangkai kata untuk'a.

Ia terdiam selama beberapa saat. Setelah menunduk dan menggenggam tanganku semakin erat. Kakak kembali menatapku.

"Kai, maafin kakak. Maaf, buat sikap kakak sama kamu akhir2 ini. Maaf, kalau hal itu dah bikin kamu sedih dan menderita. Aku ini emang egois," ia lalu menarik nafas dan melanjutkan kata2'a. "Selama ini kakak sering ngebohongin perasaan kakak sendiri dan lari dari kenyataan. Terlalu egois dan pengecut."

"Aku gak ngerti ama apa yang kakak omongin," aku berhenti menatap'a dan beralih memandang jendela d sudut kamar, berharap ia tak melihat air mataku yang sudah menggenang, dan telah siap menetes.

"Kakak seneng banget, ehm euh, bahagia! Waktu kamu bilang cinta ma kakak. Sumpah! Tapi, kakak langsung sakit hati pas tau kamu pacaran ama orang lain. Dan hal itu yang udah bikin kakak ngejauhin kamu selama ini. Cuman, ternyata kakak gak bisa lagi ngelakuin hal itu. Karena itu makin ngebuat hati kakak sakit."

"Malahan kakan makin sadar ama perasaan kakak selama ini. Dan makin memperjelas yang sebener'a kakak rasain selama ini ama kamu. Perasaan yang lebih dalam dari ikatan adik kakak."

Setelah mendengar ucapan kak Ruki barusan, aku kembali menatap'a. Entah kenapa tubuhku terasa panas saat ini. Ada sesuatu yang bergejolak dihatiku. Akh, aku sudah tak bisa mengendalikannya lagi. Seolah olah akan ada yang keluar dari tubuhku.

"Aku mencintaimu juga Kai, kakak bener2 cinta ma kamu."

Aku menangis. Berharap semua ini bukan hanya mimpi. Bukan hanya imajinasi serta illusi yang selalu terlintas dalam tempurung kepalaku. Ya Tuhan. Dan ini memang sebuah realita. Ini adalah kenyataan yang memang terjadi. Kakak mencintaiku. Tapi, apa itu sudah tampak jelas? Apa hal itu sudah menjadi suatu pernyataan yang pasti?

"Kakak gak bohong kan?"

"Enggak Kai, kakak jujur. Aku mencintaimu."

Ia peluk tubuhku dan mengecup bibirku dengan lembut. Merangkulku dalam hangat tubuhnya. Dan menenggelamkanku dalam cumbuan'a. Menarikku ke dalam atmosfer asing yang dia suguhkan.

Tanda cinta'a membuat tarikan nafasku menjadi tak beraturan. Saat setiap sentuhan'a selalu berhasil menggodaku, aku hanya bisa pasrah. Tubuh yang terkulai lemah yang ia nikmati saat ini, juga cinta dan hidupku. Kini aku berikan untuk'a.

+++++++++++++

Bahagia. Mungkin kata itu yang tepat menggambarkan kehidupanku sekarang. Aku mencintai'a dan dia mencintaiku. Nah, adakah yang lebih indah dari ini ? Meskipun kami berdua tahu, hubungan ini sungguh melanggar norma dan aturan. Tapi, kami tak mau peduli dengan hal2 semacam itu. Yang terpenting hanyalah bagaimana akhir'a kami bisa saling mengerti dan percaya akan cinta masing2. Sudah terlalu lama kami memendam perasaan ini, dan hingga akhir'a rasa itu dapat terbalas. Tentu tak sedikit pun kau ingin kehilangan'a kan ? Kami berdua pun juga seperti itu. Saling terikat dan berharap tak akan pernah dapat terpisahkan. Kami berdua bagaikan satu.

Sudah satu bulan kami menjalin hubungan ini dan merahasiakan'a dari orang2. Termasuk ayah kami. Kalau ia tahu, ia pasti akan sangat marah dan murka. Memaksa kami mengakhiri semua ini. Dan bukan tidak mungkin ia akan memecat kami sebagai anak'a. Orangtua mana yang ingin punya anak tidak normal seperti kami ? Tentu saja tidak akan ada. Orangtua yang mengizinkan kedua anak laki2'a saling jatuh cinta dan menjalin kasih. Sungguh sangat mustahil.

Aku dan kakak sering menghabiskan waktu di rumah. Tempat dimana kami hanya berdua dan tidak akan ada yang bisa menggangu kemesraan kami. Bercinta, bercerita, bercanda, bercengkrama, dan bersama. Aku senang sekali saat kak Ruki memuji makanan hasil masakkanku dan merayuku dengan menyanyikan lagu yang lirik'a penuh dengan kata2 gombal. Juga saat ia mencurahkan semua cinta dan perhatian'a hanya untukku seorang. Menjagaku agar tak pernah lepas dari genggaman tangan'a . Aku menyukai segala hal yang dia berikan padaku. Aku menyukai'a.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar